Minggu, 31 Desember 2023

TENTANG BAYANGAN DAN TEKA-TEKI (BAG.3, ZARATHUSTRA)

Itulah yang telah menakutkan anjing tadi:
Karena anjing percaya akan pencuri dan hantu. Dan ketika aku mendengar lolongan seperti itu lagi, timbul belas kasihanku.

Ke manakah cebol tadi perginya? Dan gerbang itu? Dan laba-laba? Dan semua bisikan itu? Apakah aku telah bermimpi? Apakah aku telah terjaga? Tiba-tiba aku berdiri di antara bukit-bukit liar, sendiri.

Tetapi di sana ada seseorang tererbaring! Dan di sana!  Anjing itu, meloncat-loncat, bulu nya tegak, menguik-nguik; kemudian ia melihatku datang---kemudian ia melolong lagi, kemudian ia melengking---pernahkah aku mendengar seekor anjing berteriak minta tolong seperti itu?

Dan, sungguh, aku belum pernah melihat pemandangan seperti yang aku lihat saat itu.
Aku melihat seorang penggembala muda Bergelojotan, tercekik, kejang-kejang, wajahnya Menyeringai kesakitan; dan seekor ular hitam besar terjulur dari mulutnya.

Pernahkah aku melihat kejijikan dan kengerian sedemikian besar pada sebuah wajah yang pucat?
Adalah dia taditadi, barangkali tertidur?
Kemudian ular itu menggigit dan tak mau melepaskannya

Tanganku menarik dan menarik ular itu---sia-sia saja!  Kedua tanganku tidak mampu menarik ular itu keluar dari tenggorokan penggembala.
Kemudian sebuah suara berseru dari diriku:
Gigit! Gigit!---
demikianlah satu suara berseru dari diriku, kengerianku, kebencianku, kejijikan ku, kasihanku, semua baik dan jahatku berseru dari diriku dengan satu seruan.

Kalian orang-orang pemberani di sekeliling ku!  Kalian para pengembara, petualang, dan dari antara kalian yang telah berlayar dengan layar cerdik di laut-laut yang hilang!
Kalian yang memperoleh kesenangan dan teka-teki!

Pecahkan bagi ku teka-teki yang aku lihat,
Tafsirkan untukku bayangan dari manusia yang paling sendiri!

Karena itu adalah sebuah bayangan dan pertanda: apa yang aku lihat dalam kiasan? Dan siapa yang harus datang suatu hari nanti?

Siapakah penggembala itu yang mulutnya dimasuki ular?
Siapakah orang yang kedalam tenggorokan nya dimasuki segala yang terberat, terhitam?

Namun si penggembala menggigit sebagaimana di nasihatkan seruan ku padanya: dia menggigit dengan gigitan besar!
Dia menyemburkan kepala ular itu jauh-jauh, dan meloncat.

Tidak lagi ia seorang penggembala, tidak lagi ia seorang manusia---satu makhluk yang berubah,  dikelilingi oleh cahaya, tertawa!
Belum pernah di muka bumi ini seseorang tertawa sebagaimana dia tertawa itu!

O saudara-saudaraku, aku mendengar suatu tertawaan yang bukan lagi tertawaan manusiamanusia---dan kini rasa haus menelanku, suatu kerinduan yang tidak pernah teredam.

Kerinduanku pada tertawaan ini menelanku:
Oh bagaimanakah aku masih tahan hidup!
Dan bagaimana aku bisa tahan mati sekarang!

Demikian kata Zarathustra. 

Sabtu, 30 Desember 2023

TENTANG BAYANGAN DAN TEKA-TEKI (BAG.1, ZARATHUSTRA)

Ketika didesas-desus di antara pelaut bahwa Zarathustra menumpang dalam perahu mereka---karena ada seseorang dari Kepulauan Bahagia yang ikut menumpang perahu itu pada waktu yang sama dengan dia---timbul keingintahuan dan pengharapan yang besar.

Tetapi Zarathustra berdiam diri saja selama dua hari dan dingin serta tuli karena kesedihannya,  sehingga dia tidak menanggapi pandangan mata maupun pertanyaan-pertanyaan.

Tetapi pada petang hari kedua dia membuka telinganya kembali, walau masih tetap berdiam diri: karena terdapat berbagai hal aneh dan berbahaya terdengar di atas perahu ini,
Yang berasal dari jauh dan masih akan terdengar lebih jauh lagi.

Namun Zarathustra berteman dengan semua yang melakukan perjalanan jauh dan tidak ingin hidup tanpa bahaya.
Dan lihatlah! Dalam mendengarkan itu maka lidahnya kembali melonggar, dan Es di hatinya mencair: kemudian dia mulai berbicara begini:

" Kepada kalian, para pengembara dan para petualang pemberani dan siapapun yang berlayar dengan layar cerdik pada laut-laut yang mengerikan,

" Kepada kalian yang mabuk teka-teki, yang memperoleh kesenangan saat senja, yang jiwanya terpikat suara seruling yang membawanya mendekati setiap jurang yang berbelit---bagi kalian yang tidak mau menggapai tambang dengan tangan pengecut; dan dimana kalian bisa menduga bahwa kalian tidak senang menghitung-hitung---bayangan dari seorang yang paling sendirian.

" Alhir-akhir ini aku berjalan dengan muram melintasi senja yang muram, muram dan merengut dengan mulut terkatup, bukan satu saja matahari yang terbenam bagiku.

" Sebuah jalan yang menanjak menantang melewati batu-batu dan karang-karang besar, sebuah jalan terpencil yang kejam yang tidak diteduhkan oleh semak atau tanaman: jalan gunung berderak di bawah hentakan kaki ku.

" Melangkah bisu pada kerikil yang berisik mengejek, menginjak batu-batu yang menggelincirkan nya: demikianlah kaki ku dengan susah payah mendaki ke atas.

" Ke atas---Meski roh menariknya ke bawah,  menariknya ke arah jurang. Roh gaya berat, setanku dan musuh besarku.

" Ke atas---walau dia menduduki diriku, setengah cebol, setengah tikus tanah: cacat, mencacatkan; menuang tetesan timah ke dalam telingaku, pikiran-pikiran beku ke dalam otakku.

" O, Zarathustra," Dia berkata dengan mengejek, kata demi kata, " Engkau baru kearifan! Engkau telah melontarkan dirimu sedemikian tinggi---tetapi setiap batu yang terlontar---mesti jauh!

" Terkutuk oleh dirimu sendiri dan lontaran batumu: O, Zarathustra,  jauh benar engkau lontarkan batumu, tetapi ia akan jatuh kembali menimpamu!"

Setelah itu cebol kembali diam: dan lama dia terdiam itu. Tetapi kediamannya menekanku; dan berkawan dengan diam itu lebih-lebih sepi daripada sendirian!

Aku mendaki, aku mendaki, aku bermimpi, aku berpikir, tetapi segalanya menekan diriku.
Aku bagaikan seorang yang sakit diletihkan oleh siksaan luka yang berat dan disentakkan dari tidurnya oleh impian yang lebih buruk.

Tetapi ada sesuatu dalam diriku yang aku sebut keberanian: ia selalu menghancurkan segala keragu-raguan dalam diriku.
Keberanian ini akhirnya membuatku berhenti dan berkata: "Cebol! Engkau! atau Aku!"

Karena keberanian adalah penghancur terbaik---keberanian yang menyerang karena dalam setiap serangan terdapat sorak kemenangan. 

Jumat, 29 Desember 2023

TENTANG BAYANGAN & TEKA-TEKI (BAG.2, ZARATHUSTRA)

"Hentikan, Cebol!" Aku berkata, "Aku! Atau Engkau! " Tetapi akulah yang lebih kuat dari kita berdua--- Engkau tidak mengetahui pikiranku yang keji! Pikiran itu---Engkau tak akan bisa menanggungkannya!"

Kemudian terjadi sesuatu yang meringankan diriku: Karena cebol itu melompat dari bahuku, Cebol yang ingin tahu! Dan dia berjongkok di atas sebuah batu di muka ku. Tetapi sebuah gerbang berdiri tepat di tempat kami berhenti.

"Lihatlah gerbang ini, Cebol!" Aku melanjutkan: "ia memiliki dua aspek. Dua jalan bertemu disini tidak seorang pun pernah mencapai ujung tujuan mereka.

"Jalan panjang di belakang kita: ia berlanjut sampai ke keabadian. Dan jalan panjang di hadapan kita---itu pula keabadian yang lain.

" Mereka berlawanan satu sama lain, kedua jalan ini: mereka bertemu satu sama lain, dan disinilah di gerbang ini mereka bertemu. Nama gerbang ini tertulis di atasnya: "Saat".

" Tetapi jika orang mengikuti mereka lebih jauh dan lebih jauh lagi dan lagi: Apakah engkau pikir,  Hai Cebol, bahwa jalan-jalan ini akan terus kekal berlawanan?"

"Segalanya dusta terang-terangan, " gumam cebol dengan mengejek. "Semua kebenaran itu bengkok, waktu itu sendiri adalah lingkaran. "

"Roh gaya berat! " Aku berkata dengan marah, " Jangan remehkan ini! Atau akan aku tinggalkan engkau jongkok di tempatmu-pincang---sedangkan telah aku gendong engkau tinggi-tinggi!

" Lihatlah saat ini!" Aku melanjutkan. "Dari gerbang saat ini sebuah jalan abadi yang panjang terbentang ke belakang suatu keabadian terbentang di belakang kita.

"Tidakkah segala sesuatu yang bisa lari telah berlari sepanjang jalan ini? Tidakkah segala sesuatu yang bisa terjadi pun telah terjadi, selesai, lewat?

"Dan bilamana segala sesuatu pernah ada di sini sebelumnya: Apa yang engkau pikirkan tentang saat ini, cebol? Tidakkah gerbang ini pula, telah disini---sebelumnya?

" Dan bukankah segala sesuatu itu terikat erat bersama-sama sedemikian sehingga menarik di belakangnya segala sesuatu yang dari masa depan? Dengan demikian---menarik dirinya sendiri pula?

"Dan laba-laba lamban ini yang merayap di cahaya bulan, dan cahaya bulan ini sendiri,  dan aku dan engkau pada gerbang ini berbisik-bisik satu sama lain membisikkan hal-hal---abadi tentunya kita pernah berada disini sebelumnya?

---Dan tidakkah kita mesti kembali dan berlari sepanjang jalan yang satunya itu, yang dihadapan kita, sepanjang jalan yang menakutkan itu---tidakkah kita mesti kembali terus-menerus?

Demikian aku berkata, dan aku berkata semakin berisik: karena aku takut akan pikiran-pikiran dan keragu-raguanku sendiri.

Kemudian, Tiba-tiba, aku mendengar seekor anjing melolong di dekat tempat itu.

Pernahkah aku mendengar seekor anjing melolong seperti itu? Ingatanku menelusur kebelakang, Ya! Ketika aku masih seorang anak-anak,  dalam masa kanak-kanakku yang telah jauh:

---saat itu kudengar seekor anjing melolong seperti itu. Dan aku lihat anjing itu pula, bulunya tegak, kepalanya mendongak, gemetaran di keheningan malam, bahkan ketika anjing-anjing pun percaya akan hantu:

---sehingga timbul belas kasihankukasihanku. Karena bulan purnama baru saja sampai di atas rumah, diam bagaikan kematian, ia baru saja berhenti, sebuah bulatan bersinar, diam di atas atap seakan-akan berada di atas tempat terlarang.:---

Kamis, 28 Desember 2023

TENTANG KEBAHAGIAAN DAN KEBETULAN (BAG.1, ZARATHUSTRA)


Dengan teka-teki dan kepahitan dalam hatinya
Maka Zarathustra berlayar menyeberangi laut.
Namun ketika dia sudah empat hari perjalanan dari kepulauan bahagia dan dari teman-temannya, dia berhasil mengatasi kepedihannya---dengan gagah dan tegap dia menerima takdirnya lagi.

Dan kemudian Zarathustra berkata kepada nuraninya begini :

Aku sendiri lagi dan kuterima itu, sendiri dengan langit jernih dan laut terbuka; dan kembali hari petang di sekeliling ku.

Hari sedang petang ketika aku menemukan teman-temanku untuk pertama kalinya, hari sedang petang pula, ketika aku bertemu dengan mereka kedua kalinya---pada saat ketika semua cahaya menjadi redup.

Karena kebahagiaan apapun yang masih berkelana antara langit dan bumi kini mencari lindungan dalam jiwa yang terang; dengan berbahagia semua cahaya kini telah menjadi redup.

O Petang kehidupanku! Pernah kebahagiaanku pun memanjat turun ke lembah mencari perlindungan; disana ia menemukan jiwa-jiwa ini yang ramah dan terbuka.

O Petang kehidupanku! Apa saja aku mau melepaskannya asalkan aku bisa memiliki satu hal: perkebunan pikiran-pikiranku ini dan fajar harapan tertinggiku ini!

Pernah sang pencipta mencari kawan-kawan dan anak-anak harapan-nya: dan lihatlah, ternyata dia tidak bisa menemukan mereka, kecuali dia sendiri menciptakan dahulu mereka itu.

Demikianlah aku berada di tengah-tengah pekerjaanku, pergi Anak-anak ku dan berpaling dari mereka: demi Anak-anaknya Zarathustra harus menyempurnakan dirinya.

Karena orang dari lubuk hatinya hanya mencinta anaknya sendiri dan pekerjaannya sendiri: dan di mana terdapat cinta yang besar kepada dirinya sendiri, maka itu adalah tanda kehamilan: demikianlah telah kutemukan.

Anak-anakku masih hijau selama musim semi pertama mereka,  berdiri berdekatan dan bersama-sama diguncang angin,  pohon-pohon dalam kebunku dan tanahku yang terbaik.

Dan sungguh! Di mana terdapat pohon-pohon seperti itu berdiri bersama, di situ terletak kepulauan bahagia!

Tetapi pada suatu hari aku akan mencabut mereka dan menanam mereka satu per satu sendiri-sendiri, agar setiap pohon bisa belajar kesendirian,  tantangan dan kewaskitaan.

Maka ia berdiri di tepi laut,  beroyot dan melingkar dan kekerasan yang liat, suatu menara hidup, dari kehidupan yang tak terkalahkan.

Di sana, ketika badai-badai menerpa laut dan belalai gunung meminum air, maka di sana pada suatu hari masing-masing dari mereka akan berjaga-jaga siang dan malam,  untuk diuji dan diakui.

Ia akan diuji dan diakui, guna melihat apakah ia masih termasuk golonganku dan rasku---apakah ia menguasai kehendak yang berketerusan, diam bahkan ketika ia bicara, dan memberi dengan cara sedemikian sehingga dalam memberi ia menerima---agar pada suatu hari ia menjadi pengiring ku dan rekan-pencipta dan rekan-bergembira Zarathustra---yang akan menuliskan kehendak ku pada prasasti-prasastiku: demi lebih besarnya kesempurnaan segala hal.

Dan demi dia, dan demi mereka yang seperti dia, aku harus menyempurnakan diriku: karena itu aku kini menghindari kebahagiaanku dan menawarkan diriku kepada semua ketidakbahagiaan---untuk ujian dan pengakuan-ku yang tertinggi.

Dan sungguh, sudah saatnya aku pergi,  dan bayang-bayang pengelana dan persinggahan terpanjang dan saat terhening---semua berkata padaku: "sudah saatnya benar!"

TENTANG KECERMATAN JANTAN (BAG.1, ZARATHUSTRA)

Bukan ketinggian, tetapi juranglah yang mengerikan! Jurang dimana pandangan mata mengarah ke bawah dan tangan menjangkau ke ata...