Tampilkan postingan dengan label aforisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label aforisme. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Februari 2024

SAAT TERHENING (BAG.1, ZARATHUSTRA)

" Apa yang telah terjadi padaku, sobat-sobatku?
Kalian melihatku risau, terdorong-dorong, terpaksa patuh, siap untuk pergi---astaga, pergi dari kalian! "

Ya, Zarathustra harus pergi menuju kesendiriannya sekali lagi: tetapi kali ini beruang pergi dengan merenggut kembali ke guanya!

" Apa yang telah terjadi padaku? Siapa yang memerintahkan ini? ---astaga, nyonya menghendaki demikian, demikian katanya padaku: pernahkah aku beritahukan pada kalian namanya? "

" Kemarin menjelang petang saat terheningku berkata padaku: itulah nama dari nyonya yang kejam itu. "

" Dan demikianlah, aku harus mengatakan segalanya pada kalian, agar hati kalian tidak menjadi keras terhadapku karena pergi sedemikian tiba-tiba! "

" Tahukah kalian ketakutan yang mencekam dia yang jatuh tertidur? "

" Dia ketakutan sampai ke ujung jarinya, karena tanah terasa runtuh, dan impian dimulai. "

" Aku katakan ini pada kalian dalam sebuah perumpamaan. Kemarin, pada saat terhening, tanah terasa runtuh: impianku mulai. "

" Jarum bergerak, jam kehidupanku menahan napasnya---aku belum pernah mendengar keheningan seperti itu di sekelilingku: sehingga hatiku sangat ketakutan. "

Kemudian, tanpa suara, sesuatu berkata padaku: " Engkau tahu Zarathustra? "

" Dan aku menjerit mendengar bisikan ini, dan darah meninggalkan wajahku: tetapi aku tetap diam. "

Kemudian lagi, sesuatu berbicara padaku tanpa suara : " Engkau tahu, Zarathustra, tetapi engkau tidak bicara! "

Dan akhirnya aku menjawab dan menentang :
" Ya, aku tahu, tetapi aku tidak mau bicara! "

Kemudian lagi sesuatu berkata padaku tanpa suara : " Engkau tidak mau, Zarathustra? Benarkah ini? Jangan sembunyikan dirimu dalam tentanganmu! "

Dan aku menangis dan gemetar seperti anak-anak dan berkata: " Aduh, aku mau, tetapi bagaimana aku bisa? Lepaskan aku dari ini saja! Ini diluar kuasaku! "

Kemudian lagi sesuatu berkata padaku tanpa suara: " Apa artinya dirimu, Zarathustra? Ucapkan ajaranmu dan langgarlah! "

Dan aku menjawab: " Ah, jadi ini tentang ajaranku? Siapakah aku? Aku menunggu orang yang lebih layak: Aku bahkan tidak layak untuk melanggarnya. "

Kemudian lagi sesuatu berkata padaku tanpa suara: " Apa artinya dirimu, Zarathustra? Engkau tidak cukup rendah hati. "

" Kerendahan hati memiliki kulit yang paling keras. "

Dan aku menjawab: " Kata-kataku masih belum memindahkan gunung satu pun dan apa yang telah aku katakan masih belum sampai kepada manusia. Bahkan, aku pergi kepada manusia, tetapi aku masih belum mencapai mereka. "

Minggu, 31 Desember 2023

TENTANG BAYANGAN DAN TEKA-TEKI (BAG.3, ZARATHUSTRA)

Itulah yang telah menakutkan anjing tadi:
Karena anjing percaya akan pencuri dan hantu. Dan ketika aku mendengar lolongan seperti itu lagi, timbul belas kasihanku.

Ke manakah cebol tadi perginya? Dan gerbang itu? Dan laba-laba? Dan semua bisikan itu? Apakah aku telah bermimpi? Apakah aku telah terjaga? Tiba-tiba aku berdiri di antara bukit-bukit liar, sendiri.

Tetapi di sana ada seseorang tererbaring! Dan di sana!  Anjing itu, meloncat-loncat, bulu nya tegak, menguik-nguik; kemudian ia melihatku datang---kemudian ia melolong lagi, kemudian ia melengking---pernahkah aku mendengar seekor anjing berteriak minta tolong seperti itu?

Dan, sungguh, aku belum pernah melihat pemandangan seperti yang aku lihat saat itu.
Aku melihat seorang penggembala muda Bergelojotan, tercekik, kejang-kejang, wajahnya Menyeringai kesakitan; dan seekor ular hitam besar terjulur dari mulutnya.

Pernahkah aku melihat kejijikan dan kengerian sedemikian besar pada sebuah wajah yang pucat?
Adalah dia taditadi, barangkali tertidur?
Kemudian ular itu menggigit dan tak mau melepaskannya

Tanganku menarik dan menarik ular itu---sia-sia saja!  Kedua tanganku tidak mampu menarik ular itu keluar dari tenggorokan penggembala.
Kemudian sebuah suara berseru dari diriku:
Gigit! Gigit!---
demikianlah satu suara berseru dari diriku, kengerianku, kebencianku, kejijikan ku, kasihanku, semua baik dan jahatku berseru dari diriku dengan satu seruan.

Kalian orang-orang pemberani di sekeliling ku!  Kalian para pengembara, petualang, dan dari antara kalian yang telah berlayar dengan layar cerdik di laut-laut yang hilang!
Kalian yang memperoleh kesenangan dan teka-teki!

Pecahkan bagi ku teka-teki yang aku lihat,
Tafsirkan untukku bayangan dari manusia yang paling sendiri!

Karena itu adalah sebuah bayangan dan pertanda: apa yang aku lihat dalam kiasan? Dan siapa yang harus datang suatu hari nanti?

Siapakah penggembala itu yang mulutnya dimasuki ular?
Siapakah orang yang kedalam tenggorokan nya dimasuki segala yang terberat, terhitam?

Namun si penggembala menggigit sebagaimana di nasihatkan seruan ku padanya: dia menggigit dengan gigitan besar!
Dia menyemburkan kepala ular itu jauh-jauh, dan meloncat.

Tidak lagi ia seorang penggembala, tidak lagi ia seorang manusia---satu makhluk yang berubah,  dikelilingi oleh cahaya, tertawa!
Belum pernah di muka bumi ini seseorang tertawa sebagaimana dia tertawa itu!

O saudara-saudaraku, aku mendengar suatu tertawaan yang bukan lagi tertawaan manusiamanusia---dan kini rasa haus menelanku, suatu kerinduan yang tidak pernah teredam.

Kerinduanku pada tertawaan ini menelanku:
Oh bagaimanakah aku masih tahan hidup!
Dan bagaimana aku bisa tahan mati sekarang!

Demikian kata Zarathustra. 

TENTANG KECERMATAN JANTAN (BAG.1, ZARATHUSTRA)

Bukan ketinggian, tetapi juranglah yang mengerikan! Jurang dimana pandangan mata mengarah ke bawah dan tangan menjangkau ke ata...